Minggu, 12 Mei 2013

Pesona Tenun Ikat NTT dan Songket Bali Tidak Diragukan

Keindahan tenun Nusa Tenggara Timur (NTT) dan songket Bali sudah tidak diragukan lagi. Pesonanya begitu kuat hingga cantik digunakan untuk segala kebutuhan, mulai busana dan desain interior. Dan perancang busana Stephanus Hamy mengolahnya menjadi busana kasual dan semi formal.
9Pesona kain Indonesia memikat siapapun yang melihat. Sebagai kain, tenun NTT dan songket Bali juga bisa diolah menjadi beragam hal, mulai kain untuk desian interior, hingga busana kasual dan formal. Salah satu perancang busana yang konsisten mengolah tenun NTT dan songket Bali adalah Stephanus Hamy. Koleksi berbahan tenun dan songket terbarunya diperagakan di Pondok Indah Mal Fashiontastic 2013, baru-baru ini.
Sesuai tema yang diusung pekan mode tersebut, EtnoNesia’, Hamy menampilkan deretan baju kasual yang menggunakan bahan dari macam-macam jenis tenun NTT dan songket Bali. Koleksi tenun yang dihadirkan pada ajang Pondok Indah Mall Fashiontastic 2013 ‘EtnoNesia’ itu semakin mempertajam kepiawaiannya dalam mengangkat kain-kain tradisional menjadi busana-busana yang cantik dan menawan.
Hamy menampilkan sekitar 32 stel rancangan khusus wanita yang terdiri atas celana kulot, celana jodpur, celana panjang, jacket, rok overlap. Dia juga tetap menampilkan ciri khasnya yaitu busana berdetail lipit (pleats).
Perancang yang juga telah mengembangkan potensinya dengan menciptakan busana yang terbuat dari berbagai wastra Indonesia seperti batik, tenun ikat, tie dye, songket dan banyak lagi, memadupadankan koleksinya yang dikombinasikan dengan lurik atau polosan.
Agar tak bosan, koleksi Hamy yang terlihat didominasi oleh warna-warna tanah, juga diselipi warna-warna cerah seperti merah, kuning, dan hijau daun. Koleksi tersebut merupakan koleksi yang dapat digunakan untuk berbagai kesempatan bagi fashionista Tanah Air.
Siap Pakai
Stephanus Hamy menuturkan, koleksinya memang bukan sekadar fashion Indonesia yang extravaganza, tapi lebih fashion yang membumi. “Koleksi ini bisa dipakai untuk sehari-hari,’ ujar dia kepada Investor Daily di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Mari kita lihat koleksi Hamy. Dari selembar tenun ia membuat celana panjang, celana 7/8, rok, blus, hingga blazer. Semuanya busana ready to wear, untuk acara formal maupun semi formal.
Karya Hamy ini membuka mata kita, bahwa kain tenun, khususnya tenun NTT bisa di’sulap’ menjadi busana siap pakai untuk kegiatan sehari-hari, seperti busana kerja, busana semi formal, hingga kasual. Sebelumnya, orang mungkin berpikir, tenun hanya bisa dijadikan kain, tidak untuk diolah menjadi baju.
Koleksi Stephanus Hamy umumnya ditujukan bagi perempuan matang, di atas usia 35 tahun. “Saya mencoba membuat busana wanita yang selama ini jarang dilihat orang, karena desainer kebanyakan membuat busana untuk perempuan muda,” kata Hamy.
Tak Sama
Tapi yang lebih menarik disimak adalah, selembar kain tenun yang membentuk busana itu menyimpan sebuah cerita panjang. Hamy menuturkan, ia sudah delapan tahun berkeliling NTT untuk mencari kain tenun dan mengolahnya menjadi busana. Dia memulainya dari Sumba, lalu ke Timor, Flores, hingga Manggarai. Total delapan daerah di NTT telah disambanginya.
“Bersamaan dengan vote Komodo, kita lihat potensi NTT sangat kuat sekali untuk digali, termasuk kain tenunnya,” ujar Hamy.
Uniknya, kata Hamy, delapan daerah itu memiliki motif tenun berbeda. “Kadang-kadang dua kampung pun memiliki motif berbeda,” ungkap dia. Hal ini, kata Hamy, disebabkan karena tak ada satupun teknik yang sama. Mereka juga tidak pernah mencatatkan atau mewariskan teknik menenun kepada turunannya. Setiap orang, bisa memiliki teknik berbeda. “Karena itu, tak ada kain tenun NTT yang sama persis satu sama lain,” tuturnya.
Menariknya lagi, lanjut Hamy, setiap karya tenun memiliki ciri khas yang sangat personal. Meski dibuat oleh orang yang sama, hasilnya berbeda bila mood-nya berbeda saat menenun. “Jadi bisa dibilang, tak ada tenun NTT yang sama persis satu sama lain. Ini yang membuat saya tak henti-hentinya terpukau tenun NTT,” kata Hamy
Dulu, lanjut Hamy, kain tenun NTT selalu tebal. Itu karena memakai benang dari kapas yang dipilin. Tapi kini, kain tenun NTT tak selalu tebal, karena menggunakan benang pabrik. Kain yang lebih tipis, jelas lebih memungkinkan untuk diolah menjadi barang fashion, seperti busana. Meski begitu, pasar Jepang masih menyukai kain tenun yang tebal.
Warna kain tenun NTT pun kini bisa mengikuti fashion. Warna gelap umumnya berasal dari daerah Sumba dan Pulau Rote. Sedangkan warna kain yang lebih terang berasal dari Flores.
Begitu pun dengan motifnya. Bahkan, kepada penenun di sana, Hamy meminta untuk me-relay out motif-motif sesuai perkembangan fashion. Tapi ini pun agak sulit, karena kendala bahasa. “Banyak yang tidak bisa bahasa Indonesia. Menggunakan penerjemah pun hasilnya belum tentu jadi seperti yang saya inginkan,” sesal dia.
Hamy berpesan, saat menggunakannya untuk membuat busana, sebaiknya jangan ada bagian kain yang terbuang. Maklumlah, kain tenun ini begitu berharga nilainya. Proses membuat selembar kain membutuhkan waktu lama. Untuk pencelupan benang ke pewarna saja bisa sampai dua bulan, belum waktu menenunnya.
Para perajin, yang umumnya perempuan, membuatnya dengan soul menggunakan alat bernama gedok. Sambil memasak di dapur atau memberi makan ternak, mereka menenunnya.
Bila mereka bekerja selama 5-6 jam sehari, dalam sebulan bisa selesai satu lembar kain berukuran 70-80 cm atau sepanjang tangan mereka. Sedangkan penenun laki-laki bisa menenun lebih panjang, 90 cm. Biasanya, kain tersebut disimpan atau ditabung sebagai mas kawin anaknya kelak.
Dengan teknik pembuatan seperti itu, jelaslah kain tenun NTT belum bisa diproduksi secara massal. Untuk strategi menghasilkan kain tenun dalam jumlah banyak, Hamy serius mencari penenun dari generasi muda yang serius menenun. Artinya, pekerjaan menenun tidak diselingi dengan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak atau memberi makan ternak. “Tapi ternyata jumlah penenun yang serius belum banyak,” keluhnya.
Padahal, kata Hamy, bila mereka serius, ini bisa mengangkat kondisi perekonomian mereka yang umumnya masih hidup miskin. Untuk diketahui, selembar kain tenun NTT harganya mencapai Rp2-8 juta, tergantung kualitas tenun, detail, dan teknik menenunnya

Sumber: beritasatu.com

Pesona Tenun Ikat NTT dan Songket Bali Tidak Diragukan

Pesona Tenun Ikat NTT dan Songket Bali Tidak Diragukan

Mahasiswa Lembata di Jakarta Pingin Bertemu Bupati Sunur

Mahasiswa dan pemuda asal Kabupaten Lembata yang tergabung dalam forum Keluarga Besar Mahasiswa Pemuda Lembata di Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi (Kemadabaja) ingin bertemu dan meminta penjelasan Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur terkait berbagai masalah yang terjadi di Lembata.
Kemadabaja Mahasiswa Lembata di Jakarta Pingin Bertemu Bupati Sunur“Kami sangat merindukan kehadiran Bupati di tengah-tengah kami. Telinga kami panas setiap mendegar isu-isu dan cerita-cerita miring  soal ketidakberesan di Lembata. Makanya, kami ingin sekali diskusi dengan beliau supaya tahu apakah benar seperti yang kami dengar selama ini,” ujar Ketua Kemadabaja, Alex Amuntoda, dalam diskusi usai pelantikan dirinya menjadi Ketua Kemadabaja Periode 2013/2015 di Marga PMKRI Cabang Jakarta Utara yang dihadiri Promotor JPIC MSC Indonesia, Pater Ansel Amo, MSC, dan tokoh muda Lembata, Paulus Doni Ruing.
“Sebenarnya Bupati sekarang ada di Jakarta. Tadi beliau mengundang saya untuk ikut ke Puncak, Bogor, Jawa Barat. Ada acara keluarga di sana, tapi saya memilih untuk memenuhi udangan adik-adik di sini (pelantikan-red),” ungkap Ruing yang kini ditunjuk Bupati Sunur sebagai Plt. Perusahaan Daerah (PD) Purin Lewo menggantikan Enzo Korohama.
Sementara itu, Herys Making, mahasiswa asal kecamatan Ileape mengatakan, “Kaka Polce (Ruing-red) sebagai orang yang cukup dekat dengan Bupati, tolong sampaikan bahwa sejak beliau dilantik, kami belum tahu sama sekali apa saja program Bupati yang hendak dilakukan untuk membangun Lembata ke depan.”
Kerinduan yang sama disampaikan Elvia Rebong, mantan Ketua Kemadabaja. “Saya sebagai orang Lembata yang lahir dan besar di Jakarta, tentu punya kerinduan yang sama dengan teman-teman lainnya. Saya sama sekali tidak punya bayangan, Yentji Sunur itu sosoknya seperti apa, kepemimpinannya hingga sekarang sudah sejauh mana,” katanya.
Ruing berjanji akan meyampaikan kerinduan warga Kemadabaja kepada Bupati Sunur. “Saya janji untuk hadirkan Bupati dalam diskusi dan tatap muka yang akan adik-adik adakan nanti,” imbuhnya.
Pater Ansel sebagai pembimbing Kemadabaja menyambut baik janji Ruing dan sangat berharap hadirnya Sunur dalam diskusi dengan Kemadabaja di lain waktu. “Jangan sampai setiap minggu atau bulan kita selalu mendengar kabar bahwa bupati ada di Jakarta, tetapi minta ketemu saja sulit sekali,” tandas pria asal Desa Roma, Kecamatan Omesuri itu.

Sumber : (sergapntt.com

Paskah Unik Di Daerah Jajahan Portugis


Menyambut hari raya Paskah 2013, tradisi tahunan kembali dilakukan warga Kampung Kote, Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).  
Bunda Maria Paskah Unik Di Daerah Jajahan Portugis
Kamis (28/3/13), bertepatan dengan hari raya Kamis Putih, warga Kote menggelar ritual Taniu Uis Neno, yakni acara pembersihan patung Bunda Maria dan Yesus di kayu salib dengan cara memandikannya, serta pengumpulan persembahan berupa buah-buahan dari warga.
Air bekas memandikan patung itu kemudian dibagikan kepada warga untuk membasuh muka, kaki, dan tangan yang dipercaya mampu menyembuhkan dan menjauhkan penyakit.

"Tradisi peninggalan bangsa Portugis sejak tahun 1916 ini disebut Kure. Puncak acara Kure sendiri terjadi pada saat Tri Pekan Suci Paskah mulai dari Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Kudus".

Setelah prosesi pembersihan patung, warga mulai berdoa secara bergilir di 18 rumah adat.
“Semua rumah adat itu akan dikunjungi. Kita berdoa bersama-sama secara bergilir,” ujar Frans Salem, warga Noemuti yang kini menjabat sebagai Sekda Provinsi NTT, Rabu (27/3/13).
Menurut Frans Salem, tradisi ini telah berlangsung sejak Portugis menginjakan kaki di Noemuti. Warga TTU sering menyebut warga Noemuti sebagai orang Eropa hitam. “Sayang tradisi Kure tidak sepopuler Samana Santa di Larantuka, Flores Timur. Tapi tradisi ini cukup unik. Tidak percaya? Coba kesana,” paparnya.

(Sumber : sergapntt.com)

Pemilihan Gubernur NTT : Pemungutan Suara Pilgub NTT Diundur Seminggu

Pilkada-KPU.jpg





Pemungutan suara Pilgub NTT putaran kedua kemungkinan besar diundur satu minggu dari jadwal yang telah ditetapkan KPU NTT sebelumnya  pada tanggal 15 Mei 2013.

Demikian disampaikan Juru Bicara KPU Propinsi NTT, Djidon de Haan, ketika ditemui Pos Kupang, Kamis (25/4/2013) siang.  "Mundur sekitar satu minggu dari jadwal yang ditetapkan KPU sehingga bisa klop dengan pengadaan, sortasi dan distribusi logistik," ujarnya.

Dikatakannya, pengunduran pemungutan suara merupakan dampak dari gugatan hukum di Mahkamah Konstitusi (MK) oleh Paket Tunas. Apapun keputusan MK pada Senin (29/4/2013), demikian Djidon, tetap tidak bisa menjamin bahwa   tanggal 15 Mei 2013 Pilgub NTT putaran kedua sesuai jadwal.

Dampak paling besar, kata Djidon, pengadaan logistik pilgub. "Pengadaan logistik tergantung keputusan hari Senin di MK. Kemungkinan besar tidak pas di tanggal 15 Mei 2013. Apapun putusannya tidak bisa menyelesaikan masalah, produksi, sortasi dan distribusi logistik. Karena itu, KPU NTT akan melakukan pleno, koordinasi dengan semua pihak, termasuk dengan KPU Kabupaten Sikka karena ikut tertunda," kata Djidon.

Selain itu, lanjut Djidon, koordinasi juga akan dilakukan dengan Manteri Dalam Negeri terkait alasan penundaan dan prosedur penundaan karena semuanya menjadi kewenangan Mendagri. "Meski kemungkinan diundur seminggu, semua pihak kita minta tidak perlu khawatir atau gelisah karena semuanya diatur dalam koridor aturan," imbau Djidon.

Sementara itu, tim Pemenangan Paket Frenly, Gusti Beribe, yang dimintai tanggapannya terhadap kemungkinan pengunduran jadwal pemungutan suara pilgub putaran kedua, mengatakan, pihaknya tidak mempersoalkannya. 

Hanya saja, kata Gusti, KPU NTT mestinya harus tetap menjalankan proses ini sesuai tahapan, jadwal dan program yang telah ditetapkan. "Bagi kami tidak soal. Hanya saja  KPU tetap berada dalam jadwal yang sudah ditetapkan," katanya.

Jika akhirnya benar diundur, demikian Gusti,  pihaknya meminta agar pihak penyelenggara dan pengawas serta semua pihak terkait melakukan pengawasan jangan sampai penundaan itu  menimbulkan penyimpangan lainnya.

"Ya, kami minta agar dikawal, jangan sampai justru terjadi penyimpangan. Karena sudah banyak informasi yang kami dapat di lapangan," katanya.

Tanggapan dari Paket Esthon-Paul belum diperoleh. Juru bicara paket ini, Gabriel Beri Binna belum berhasil dikonfirmasi. Pos Kupang mencoba mengirim SMS, namun hingga tadi malam pukul 19.30 Wita, tidak ada balasan. *

Sumber : Pos Kupang

Senin, 06 Mei 2013

Kisah Pengusaha Sukses dari Modal Nol

tri-sumonoMajalahinovasi.com – Pernahkah anda membayangkan seorang tukang sapu yang bekerja membersihkan jalanan dari sampah dan dedaunan. Atau pernahkah anda membayangkan seorang tukang kuli bangunan yang harus bekerja banting tulang menghadapi panasnya terik sinar matahari demi menafkahi keluarga. Tentu saja anda tidak pernah melirik orang seperti ini.
Tapi pernahkah anda berpikir orang seperti yang tersebut di atas kini menjadi seorang pengusaha sukses yang memiliki omset hingga ratusan juta rupiah setiap bulannya. Mungkin anda akan terkagum-kagum atau cuma bisa melohok melihatnya.
Tri Sumono
Begitulah yang terjadi pada Tri Sumono yang kini lewat perusahaan CV 3 Jaya, ia mengelola banyak cabang usaha, antara lain, produksi kopi jahe sachet merek Hootri, toko sembako, peternakan burung, serta pertanian padi dan jahe. Bisnis lainnya, penyediaan jasa pengadaan alat tulis kantor (ATK) ke berbagai perusahaan, serta menjadi franchise produk Ice Cream Campina.
Dari berbagai lini usahanya itu, ia bisa meraup omzet hingga Rp 500 juta per bulan. Pria kelahiran Gunung Kidul, 7 Mei 1973, ini mengaku tak pernah berpikir hidupnya bakal enak seperti sekarang. Terlebih ketika ia mengenang masa-masa awal kedatangannya ke Jakarta. Mulai merantau ke Jakarta pada 1993, pria yang hanya lulusan sekolah menengah atas (SMA) ini sama sekali tidak memiliki keahlian.
Ia nekat mengadu nasib ke Ibu Kota dengan hanya membawa tas berisi kaus dan ijazah SMA. Untuk bertahan hidup di Jakarta, ia pun tidak memilih-milih pekerjaan. Bahkan, pertama bekerja di Jakarta, Tri menjadi buruh bangunan di Ciledug, Jakarta Selatan. Namun, pekerjaan kasar itu tak lama dijalaninya. Tak lama menjadi kuli bangunan, Tri mendapat tawaran menjadi tukang sapu di kantor Kompas Gramedia di Palmerah, Jakarta Barat.
Tanpa pikir panjang, tawaran itu langsung diambilnya. “Pekerjaan sebagai tukang sapu lebih mudah ketimbang jadi buruh bangunan,” jelasnya.Lantaran kinerjanya memuaskan, kariernya pun naik dari tukang sapu menjadi office boy. Dari situ, kariernya kembali menanjak menjadi tenaga pemasar dan juga penanggung jawab gudang.
Pada tahun 1995, ia mencoba mencari tambahan pendapatan dengan berjualan aksesori di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Saat itu, Tri sudah berkeluarga dengan dua orang anak. Selama empat tahun Tri Sumono berjualan produk-produk aksesori, seperti jepit rambut, kalung, dan gelang di Jakarta. Berbekal pengalaman dagang itu, tekadnya untuk terjun ke dunia bisnis semakin kuat. “Saya dagang aksesori seperti jepit rambut, kalung, dan gelang dengan modal Rp 100.000,” jelasnya.
Setiap Sabtu-Minggu, Tri rutin menggelar lapak di Stadion Gelora Bung Karno. Dua tahun berjualan, modal dagangannya mulai terkumpul lumayan banyak. Dari sanalah ia kemudian berpikir bahwa berdagang ternyata lebih menjanjikan ketimbang menjadi karyawan dengan gaji pas-pasan. Makanya, pada tahun 1997, ia memutuskan mundur dari pekerjaannya dan fokus untuk berjualan.
Berbekal uang hasil jualan selama dua tahun di Gelora Bung Karno, Tri berhasil membeli sebuah kios di Mal Graha Cijantung. “Setelah pindah ke Cijantung, bisnis aksesori ini meningkat tajam,” ujarnya.
Tahun 1999, ada seseorang yang menawar kios beserta usahanya dengan harga mahal. Mendapat tawaran menarik, Tri kemudian menjual kiosnya itu. Dari hasil penjualan kios ditambah tabungan selama ia berdagang, ia kemudian membeli sebuah rumah di Pondok Ungu, Bekasi Utara. Di tempat baru inilah, perjalanan bisnis Tri dimulai.
Pengalaman berjualan aksesori sangat berbekas bagi Tri Sumono. Ia pun merintis usaha toko sembako dan kontrakan. Sejak itu, naluri bisnisnya semakin kuat. Saat itu, ia langsung membidik usaha toko sembako. Ia melihat, peluang bisnis ini lumayan menjanjikan karena, ke depan, daerah tempatnya bermukim itu bakal berkembang dan ramai. “Tapi tahun 1999, waktu saya buka toko sembako itu masih sepi,” ujarnya.
Namun, Tri tak kehabisan akal. Supaya kawasan tempatnya tinggal kian ramai, ia kemudian membangun sebanyak 10 rumah kontrakan dengan harga miring. Rumah kontrakan ini diperuntukkan bagi pedagang keliling, seperti penjual bakso, siomai, dan gorengan. Selain mendapat pemasukan baru dari usaha kontrakan, para pedagang itu juga menjadi pelanggan tetap toko sembakonya. “Cara itu ampuh dan banyak warga di luar Pondok Ungu mulai mengenal toko kami,” ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, naluri bisnisnya semakin kuat. Tahun 2006, Tri melihat peluang bisnis sari kelapa. Tertarik dengan peluang itu, ia memutuskan untuk mendalami proses pembuatan sari kelapa. Dari informasi yang didapatnya diketahui bahwa sari kelapa merupakan hasil fermentasi air kelapa oleh bakteri Acetobacter xylium. Untuk keperluan produksi sari kelapa ini, ia membeli bakteri dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor. “Tahap awal saya membuat 200 nampan sari kelapa,” ujarnya.
Sari kelapa buatannya itu dipasarkan ke sejumlah perusahaan minuman. Beberapa perusahaan mau menampung sari kelapanya. Tetapi, itu tidak lama. Lantaran kualitas sari kelapa produksinya menurun, beberapa perusahaan tidak mau lagi membeli. Ia pun berhenti memproduksi dan memutuskan untuk belajar lagi.
Untuk meningkatkan kualitas sari kelapa, ia mencoba berguru ke seorang dosen Institut Pertanian Bogor (IPB). Mulanya, dosen itu enggan mengajarinya karena menilai Tri bakal kesulitan memahami bahasa ilmiah dalam pembuatan sari kelapa. “Tanpa sekolah, kamu sulit menjadi produsen sari kelapa,” kata Tri menirukan ucapan dosen kala itu.
Namun, melihat keseriusan Tri, akhirnya sang dosen pun luluh dan mau memberikan les privat setiap hari Sabtu dan Minggu selama dua bulan. Setelah melalui serangkaian uji coba dengan hasil yang bagus, Tri pun melanjutkan kembali produksi sari kelapanya. Saat itu, ia langsung memproduksi 10.000 nampan atau senilai Rp 70 juta. Hasilnya lumayan memuaskan. Beberapa perusahaan bersedia menyerap produk sari kelapanya. Sejak itu, perjalanan bisnisnya terus berkembang dan maju.
Demikian kisah motivatif tentang Tri Sumono yang membuktikan bahwa dengan ketekunan dan kerja keras pasti bisa meraih setiap apa yang di impikan dan cita-citakan. Semoga kisah di atas bisa menjadi sebuah isnpirasi bagi kita semua. (WS/PP)
Sumber : (http://majalahinovasi.com)

Inspirasi dari Film Habibie & Ainun: Manajemen Teknologi untuk Kemandirian Bangsa


Sabtu kemarin akhirnya saya menonton juga film yang sedang happening beberapa waktu ini, Habibie & Ainun. Awalnya saya tidak berniat menonton film itu karena testimoni dari teman-teman yang sudah menonton adalah seputaran ‘romantis’, ’menangis’, ataupun ‘haru’. Saya lebih suka film yang menimbulkan motivasi, walaupun disisi lain saya juga mengagumi sosok Pak Habibie.
Singkat cerita duduklah saya kursi bioskop, dan perlahan tapi pasti terbawalah saya dengan alur ceritanya.
Tema utama di film itu memang kisah cinta, tapi ternyata tidak secengeng yang saya bayangkan malah banyak juga sisi perjuangan yang diangkat, untuk mewujudkan mimpi “membuat pesawat terbang sendiri”
Dari film tersebut saya jadi punya gambaran mengenai bagaimana perjuangan Pak Habibie dalam mewujudkan janjinya pada Indonesia untuk membuat pesawat terbang hasil karya anak negeri.
Kemudian saya jadi tertarik untuk membahas ini, dari sudut pandang entrepreneurship dan technology management.
Kebetulan saya pernah diajar oleh salah seorang karyawan PT. Dirgantara Indonesia yang dulu bernama Industri Pesawat Terbang Indonesia (IPTN), beliau bernama Pak Hariadi yang saya tau beliau juga mengagumi Pak Habibie. Ketika itu beliau mengajarkan mengenai modul Entrepreneurial Process.
Diantara pengertian Entrepreneurship secara luas adalah create something for nothing. Pak Habibie termasuk dalam kategori ini, membuat pesawat terbang yang semula belum ada menjadi ada. Mungkin saat itu terlihat seperti sekedar khayalan tingkat tinggi ataupun mimpi yang terlalu muluk bagi sebagian besar orang.
Namun sejarah mencatat bahwa beliau berhasil mewujudkannya. Menunjukkan pada dunia bahwa pesawat N250 berhasil melakukan first flight pada 1995, sebuah pesawat kecil yang didesain sesuai dengan geografis Indonesia yang terdiri dari puluhan ribu pulau.
Menariknya adalah yang terjadi setelah itu, pesawat yang sempat mengekspresikan masa depan bangsa Indonesia itu akhirnya terhambat proses produksinya, bukan karena kualitasnya yang buruk, N250 adalah pesawat canggih, namun karena kondisi ekonomi yang buruk saat itu ditambah lagi kebijakan yang diambil tidak berpihak pada IPTN.
Padahal, menurut teori yang saya pelajari dari buku Management of Technology, the key to competitiveness and wealth creation, bahwa salah satu cara melihat negara tersebut maju atau tidak adalah dari bagaimana penggunaan teknologi di negara tersebut untuk menciptakan kesejahteraan bagi warganya. Sebaliknya, less developed economies are identified with countries lacking the technological know how necessary to create wealth.
Sepertinya Pak Habibie paham betul mengenai hal itu.
Mungkin sebagian dari kita sempat mengenal istilah Indonesia sebagai Macan Asia. Itu benar adanya. Indonesia pada akhir tahun 80an dan awal 90an termasuk dalam golongan Asian Tiger bersama Korea, Taiwan, Malaysia dan China. Asian Tiger adalah sebutan dari masyarakat global terhadap negara-negara di Asia yang memiliki pertumbuhan baik dan berpotensi menjadi negara maju.
Salah satu momentumnya, adalah ketika Indonesia berhasil membuat pesawat terbang sendiri, padahal industri pesawat terbang adalah industri yang menggunakan teknologi tinggi (hi-tech) dengan kompleksitas dalam prosesnya, namun Indonesia lewat IPTN bisa memproduksinya. Itu adalah hal yang luar biasa.
Masih dari buku yang sama, ada salah satu sub bab yang menarik perhatian saya, judulnya the fall of the tigers, dijelaskan bagaimana negara-negara tersebut akhirnya jatuh terpuruk, karena beberapa faktor diantaranya adalah krisis ekonomi akibat kegagalan sistem finansial. Faktor lainnya adalah krisis pendidikan, dimana sistem pendidikan yang ada tidak berhasil mengembangkan kreativitas, berpikir mandiri ataupun berinovasi. Kemampuan itu nantinya digunakan untuk menghadapi dunia yang sedang berubah, yang ini terjadi di Thailand, Malaysia, dan Indonesia.
Di akhir film, ada scene dimana pak Habibie menangis di depan pesawat N250 yang terbengkalai dan berdebu, dihadapan Bu Ainun beliau berkata:
“Indonesia adalah negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, dan pesawat ini kita buat sendiri, untuk menghubungkan antar pulau tersebut, bayangkan pertumbuhan dan infrastruktur yang dapat berkembang..
tapi, mereka tidak mau mengerti,” 
Negara yang termasuk Asian Tiger yang saya sebutkan diatas, setelah jatuh dalam krisis, ada beberapa negara yang berhasil keluar dari krisis tersebut. Diantaranya Taiwan, Korea Selatan, juga Malaysia. Mereka menyadari betul bahwa syarat untuk menjadi bangsa yang maju salah satunya adalah pada penguasaan terhadap teknologi. Bukan teknologi user, tapi teknologi innovator. Bangsa pencipta teknologi.
Sebut saja Malaysia dengan perusahaan mobil Proton nya, Taiwan dengan Acer dan Asus nya, juga Korea Selatan dengan Samsung, LG, ataupun Hyundai nya.
Lalu mengapa itu tidak terjadi di Indonesia?
Dari diskusi dengan beberapa dosen, sebenarnya kita pernah punya momentum itu.
Melalui perusahaan mobil Timor untuk transportasi darat, PT. PAL untuk transportasi laut, dan juga perusahaan pesawat terbang melalui IPTN. Namun karena krisis global, rendahnya dukungan dari pemerintah dan juga intervensi asing, hingga akhirnya kita kehilangan momentum itu.
Sekarang, belum lagi terlihat ada langkah untuk mengembalikan momentum itu.
Sekarang dengan jumlah penduduk yang besar dan pendapatan perkapita yang mendekati $3.000, negara ini menjadi pasar yang sangat potensial untuk menjual barang-barang Hi-Tech.
Pertanyaannya apakah kita hanya akan menjadi penonton? dan membiarkan orang lain berpesta di kebun kita??
Kembali pada cerita di film, ada satu scene di mana ada dua orang wartawan yang sedang ngobrol santai, setengah bercanda dengan mengatakan bahwa pesawat Indonesia ketika lewat di zona perang tidak perlu ditembak, karena akan jatuh sendiri. Pak Habibie mendengar lansung percakapan itu, namun beliau memilih untuk diam dan tidak menanggapi.
Hal lainnya yang juga penting adalah, bangsa ini belum siap berpikir besar. Ini yang sulit. Ketika anak bangsa berhasil membuat suatu teknologi atau prestasi,  kebijakan yang diambil tidak mendukung pengembangan teknologi tersebut, belum lagi cibiran dari orang-orang yang sebenarnya tidak mengerti.
Padahal dunia memandang besar bangsa Indonesia, ini dibuktikan dengan masuknya Indonesia dalam golongan Asian Tiger, namun ketika akhirnya Indonesia berhasil menoreh prestasi dengan membuat pesawat sendiri, malah tekanan paling besar datangnya dari dalam negeri. Berpikir kecil dan pesimisme itu, akhirnya menghancurkan segalanya.
Di buku jejak pemikiran Habibie, beliau pernah mendapat apresiasi dari Jack Welch, CEO dari General Electric yang juga menjadi salah satu CEO terbaik dunia, kurang lebih seperti ini komentarnya:
“Amerika ketika berhasil membawa manusia ke bulan adalah hal yang biasa, karena memang masyarakat disana sudah maju. Namun apa yang anda lakukan disini lebih hebat dari itu, karena anda berhasil membuat pesawat terbang disaat masih ada tukang becak di negara anda.”
Suatu saat bangsa ini pasti menjadi bangsa yang besar. semoga kita termasuk yang ambil bagian di dalamnya.
and to start it,
lets think big enough ..

(http://saladinafdil.wordpress.com)

Sebuah Cerita tentang Suami, Istri & Keluarga

Pada hari pernikahanku, aku menggendong istriku. Mobil pengantin berhenti di depan apartment kami. Teman-teman memaksaku menggendong istriku keluar dari mobil. Lalu aku menggendongnya ke rumah kami. Dia tersipu malu-malu. Saat itu, aku adalah seorang pengantin pria yang kuat dan bahagia.

Ini adalah kejadian 12 tahun yang lalu.

Hari-hari berikutnya berjalan biasa. Kami memiliki seorang anak, aku bekerja sebagai pengusaha dan berusaha menghasilkan uang lebih. Ketika aset-aset perusahaan meningkat, kasih sayang diantara aku dan istriku seperti mulai menurun.

Istriku seorang pegawai pemerintah. Setiap pagi kami pergi bersama dan pulang hampir di waktu yang bersamaan. Anak kami bersekolah di sekolah asrama. Kehidupan pernikahan kami terlihat sangat bahagia, namun kehidupan yang tenang sepertinya lebih mudah terpengaruh oleh perubahan-perubahan yang tak terduga.

Lalu Jane datang ke dalam kehidupanku.

Hari itu hari yang cerah. Aku berdiri di balkon yang luas. Jane memelukku dari belakang. Sekali lagi hatiku seperti terbenam di dalam cintanya. Apartment ini aku belikan untuknya. Lalu Jane berkata, "Kau adalah laki-laki yang pandai memikat wanita." Kata- katanya tiba-tiba mengingatkan ku pada istriku. Ketika kami baru menikah, istriku berkata "Laki-laki sepertimu, ketika sukses nanti, akan memikat banyak wanita."

Memikirkan hal ini, aku menjadi ragu-ragu. Aku tahu, aku telah mengkhianati istriku.

Aku menyampingkan tangan Jane dan berkata, "Kamu perlu memilih beberapa furnitur, ok? Ada yang perlu aku lakukan di perusahaan." Dia terlihat tidak senang, karena aku telah berjanji akan menemaninya melihat-lihat furnitur. Sesaat, pikiran untuk bercerai menjadi semakin jelas walaupun sebelumnya tampak mustahil.

Bagaimanapun juga, akan sulit untuk mengatakannya pada istriku. Tidak peduli selembut apapun aku mengatakannya, dia akan sangat terluka. Sejujurnya, dia adalah seorang istri yang baik. Setiap malam, dia selalu sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk di depan televisi. Makan malam akan segera tersedia. Kemudian kami menonton TV bersama. Hal ini sebelumnya merupakan hiburan bagiku.

Suatu hari aku bertanya pada istriku dengan bercanda, "Kalau misalnya kita bercerai, apa yang akan kamu lakukan?" Dia menatapku beberapa saat tanpa berkata apapun.

Kelihatannya dia seorang yang percaya bahwa perceraian tidak akan datang padanya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksinya ketika nanti dia tahu bahwa aku serius tentang ini.

Ketika istriku datang ke kantorku, Jane langsung pegi keluar. Hampir semua pegawai melihat istriku dengan pandangan simpatik dan mencoba menyembunyikan apa yang sedang terjadi ketika berbicara dengannya. Istriku seperti mendapat sedikit petunjuk. Dia tersenyum dengan lembut kepada bawahan-bawahanku. Tapi aku melihat ada perasaan luka di matanya.

Sekali lagi, Jane berkata padaku, "Sayang, ceraikan dia, ok? Lalu kita akan hidup bersama." Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak bisa ragu-ragu lagi.

Ketika aku pulang malam itu, istriku sedang menyiapkan makan malam. Aku menggemgam tangannya dan berkata, "Ada yang ingin aku bicarakan." Dia kemudian duduk dan makan dalam diam. Lagi, aku melihat perasaan luka dari matanya.

Tiba-tiba aku tidak bisa membuka mulutku.

Tapi aku harus tetap mengatakan ini pada istriku. Aku ingin bercerai. Aku memulai pembicaraan dengan tenang.

Dia seperti tidak terganggu dengan kata-kataku, sebaliknya malah bertanya dengan lembut, "Kenapa?"

Aku menghindari pertanyaannya. Hal ini membuatnya marah. Dia melempar sumpit dan berteriak padaku, "Kamu bukan seorang pria!" Malam itu, kami tidak saling bicara.

Dia menangis. Aku tahu, dia ingin mencari tahu apa yang sedang terjadi di dalam pernikahan kami. Tapi aku sulit memberikannya jawaban yang memuaskan, bahwa hatiku telah memilih Jane. Aku tidak mencintainya lagi. Aku hanya mengasihaninya!Dengan perasaan bersalah, aku membuat perjanjian perceraian yang menyatakan bahwa istriku bisa memiliki rumah kami, mobil kami dan 30% aset perusahaanku.

Dia melirik surat itu dan kemudian merobek-robeknya. Wanita yang telah menghabiskan 10 tahun hidupnya denganku telah menjadi seorang yang asing bagiku. Aku menyesal karena telah menyia-nyiakan waktu, daya dan tenaganya tapi aku tidak bisa menarik kembali apa yang telah aku katakan karena aku sangat mencintai Jane. Akhirnya istriku menangis dengan keras di depanku, yang telah aku perkirakan sebelumnya. Bagiku, tangisannya adalah semacam pelepasan. Pikiran tentang perceraian yang telah memenuhi diriku selama beberapa minggu belakangan, sekarang menjadi tampak tegas dan jelas.

Hari berikutnya, aku pulang terlambat dan melihat istriku menulis sesuatu di meja makan. Aku tidak makan malam, tapi langsung tidur dan tertidur dengan cepat karena telah seharian bersama Jane.

Ketika aku terbangun, istriku masih disana, menulis. Aku tidak mempedulikannya dan langsung kembali tidur. Paginya, dia menyerahkan syarat perceraiannya: Dia tidak menginginkan apapun dariku, hanya menginginkan perhatian selama sebulan sebelum perceraian. Dia meminta dalam 1 bulan itu kami berdua harus berusaha hidup sebiasa mungkin. Alasannya sederhana : Anak kami sedang menghadapi ujian dalam sebulan itu, dan dia tidak mau mengacaukan anak kami dengan perceraian kami. Aku setuju saja dengan permintaannya.

Namun dia meminta satu lagi, dia memintaku untuk meingat bagaimana menggendongnya ketika aku membawanya ke kamar pengantin, di hari pernikahan kami.

Dia memintanya selama 1 bulan setiap hari, aku menggendongnya keluar dari kamar kami, ke pintu depan setiap pagi. Aku pikir dia gila. Aku menerima permintaannya yang aneh karena hanya ingin membuat hari-hari terakhir kebersamaan kami lebih mudah diterima olehnya.

Aku memberi tahu Jane tentang syarat perceraian dari istriku. Dia tertawa keras dan berpikir bahwa hal itu berlebihan. "Trik apapun yang dia gunakan, dia harus tetap menghadapi perceraian!", kata Jane, dengan nada menghina.

Istriku dan aku sudah lama tidak melakukan kontak fisik sejak keinginan untuk bercerai mulai terpikirkan olehku. Jadi, ketika aku menggendongnya di hari pertama, kami berdua tampak canggung. Anak kami tepuk tangan di belakang kami. Katanya, "Papa menggendong mama!" Kata-katanya membuat ku merasa terluka. Dari kamar ke ruang tamu, lalu ke pintu depan, aku berjalan sejauh 10 meter, dengan dirinya dipelukanku. Dia menutup mata dan berbisik padaku, "Jangan bilang anak kita mengenai perceraian ini." Aku mengangguk, merasa sedih. Aku menurunkannya di depan pintu.

Dia pergi untuk menunggu bus untuk bekerja. Aku sendiri naik mobil ke kantor.

Hari kedua, kami berdua lebih mudah bertindak. Dia bersandar di dadaku. Aku bisa mencium wangi dari pakaiannya. Aku tersadar, sudah lama aku tidak sungguh-sungguh memperhatikan wanita ini. Aku sadar dia sudah tidak muda lagi, ada garis halus di wajahnya, rambutnya memutih.

Pernikahan kami telah membuatnya susah. Sesaat aku terheran, apa yang telah aku lakukan padanya.

Hari keempat, ketika aku menggendongnya, aku merasa rasa kedekatan seperti kembali lagi. Wanita ini adalah seorang yang telah memberikan 10 tahun kehidupannya padaku.

Hari kelima dan keenam, aku sadar rasa kedekatan kami semakin bertumbuh. Aku tidak mengatakan ini pada Jane. Seiring berjalannya waktu semakin mudah menggendongnya. Mungkin karena aku rajin berolahraga membuatku semakin kuat.

Satu pagi, istriku sedang memilih pakaian yang dia ingin kenakan. Dia mencoba beberpa pakaian tapi tidak menemukan yang pas. Kemudian dia menghela nafas, "Pakaianku semua jadi besar." Tiba-tiba aku tersadar bahwa dia telah menjadi sangat kurus. Ini lah alasan aku bisa menggendongnya dengan mudah.

Tiba-tiba aku terpukul. Dia telah memendam rasa sakit dan kepahitan yang luar biasa di hatinya. Tanpa sadar aku menyentuh kepalanya.

Anak kami datang saat itu dan berkata, "Pa, sudah waktunya menggendong mama keluar." Bagi anak kami, melihat ayahnya menggendong ibunya keluar telah menjadi arti penting dalam hidupnya. Istriku melambai pada anakku untuk mendekat dan memeluknya erat. Aku mengalihkan wajahku karena takut aku akan berubah pikiran pada saat terakhir. Kemudian aku menggendong istriku, jalan dari kamar, ke ruang tamu, ke pintu depan. Tangannya melingkar di leherku dengan lembut. Aku menggendongnya dengan erat, seperti ketika hari pernikahan kami.

Tapi berat badannya yang ringan membuatku sedih. Pada hari terakhir, ketika aku menggendongnya, sulit sekali bagiku untuk bergerak. Anak kami telah pergi ke sekolah.

Aku menggendongnya dengan erat dan berkata, "Aku tidak memperhatikan kalau selama ini kita kurang kedekatan."

Aku pergi ke kantor, keluar cepat dari mobil tanpa mengunci pintunya. Aku takut, penundaan apapun akan mengubah pikiranku. Aku jalan keatas, Jane membuka pintu dan aku berkata padanya, "Maaf, Jane, aku tidak mau perceraian." Dia menatapku, dengan heran menyentuh keningku. "Kamu demam?", tanyanya. Aku menyingkirkan tangannya dari kepalaku.

"Maaf, Jane, aku bilang, aku tidak akan bercerai." Kehidupan pernikahanku selama ini membosankan mungkin karena aku dan istriku tidak menilai segala detail kehidupan kami, bukan karena kami tidak saling mencintai. Sekarang aku sadar, sejak aku menggendongnya ke rumahku di hari pernikahan kami, aku harus terus menggendongnya sampai maut memisahkan kami.

Jane seperti tiba-tiba tersadar. Dia menamparku keras kemudian membanting pintu dan lari sambil menangis. Aku turun dan pergi keluar.

Di toko bunga, ketika aku berkendara pulang, aku memesan satu buket bunga untuk istriku.

Penjual menanyakan padaku apa yang ingin aku tulis di kartunya. Aku tersenyum dan menulis, aku akan menggendongmu setiap pagi sampai maut memisahkan kita.

Sore itu, aku sampai rumah, dengan bunga di tanganku, senyum di wajahku, aku berlari ke kamar atas, hanya untuk menemukan istriku terbaring di tempat tidur - meninggal. Istriku telah melawan kanker selama berbulan-bulan dan aku terlalu sibuk dengan Jane sampai tidak memperhatikannya. Dia tahu dia akan segera meninggal, dan dia ingin menyelamatku dari reaksi negatif apapun dari anak kami, seandainya kami jadi bercerai.-- Setidaknya, di mata anak kami ---aku adalah suami yang penyayang.

Hal-hal kecil di dalam kehidupanmu adalah yang paling penting dalam suatu hubungan.

Bukan rumah besar, mobil, properti atau uang di bank. Semua ini menunjang kebahagian tapi tidak bisa memberikan kebahagian itu sendiri. Jadi, carilah waktu untuk menjadi teman bagi pasanganmu, dan lakukan hal-hal yang kecil bersama-sama untuk membangun kedekatan itu. Miliki pernikahan yang sungguh-sungguh dan bahagia.

Kalau kamu tidak share ini, tidak akan terjadi apa-apa padamu.

Kalau share, mungkin kamu menyelamatkan satu pernikahan.

Banyaknya kegagalan dalam kehidupan karena orang tidak sadar betapa dekat mereka dengan kesuksesan ketika mereka telah menyerah.
(Sumber : NN)

Najib Klaim Menang, Anwar Tak Mau Akui

Datuk Seri Naib Razak mengumumkan kemenangan Barisan Nasional dalam pemilu ke-13 Malaysia di kandang UMNO, Kuala Lumpur, Senin dini hari. Itu berarti Putrajaya –kota yang menjadi pusat pemerintahan Malaysia masih dikuasai koalisi pimpinan partai United Malays National Organisation (UMNO).

Di depan ratusan pendukungnya, dengan percaya diri ia mengatakan akan membawa Malaysia ke arah yg jauh lebih baik dari sebelumnya. Tempo menyaksikan dari dekat kemeriahan pesta kemenangan Najib, Senin 6 Mei 2013 dini hari. Dari perhitungan kursi parlemen akhir yang diperoleh dari situs berita Malaysian Insider, koalisi pimpinan partai United Malays National Organisation (UMNO) memperoleh 133 dari 222 yg dipertandingkan. Sedangkan Pakatan berhasil merebut 89 kursi parlemen.

Najib mengatakan kemenangan Barisan Nasional disebabkan soliditas seluruh elemen partai dalam menghadapi pemilihan kali ini. Menyebabkan isu-isu yang disebarluaskan oposisi tak lagi mempan bagi mereka. “Yang cukup nmengejutkan adalah suara dari orang keturunan Cina,” katanya.

Sementara itu, ditempat berbeda, Kubu oposisi tak mau mengakui kekalahan mereka. Mereka menganggap pemilhan kali ini merupakan pemilu yang penuh dengan kecurangan. Banyak jenis kecurangan yang Barisan Nasional lakukan dalam proses politik demokrasi ini. “Ada pemilih bayaran, soal tinta, hingga masalah etika politik,” katanya.

Namun Anwar mnghimbau kepada para pendukungnya, untuk tidak bersikap anarkis. Ia dan koalisi pakatan rakyat pasti akan mendesak k;larifikasi kepada Komisi Pemilihan Umum Malaysia. “Mereka harus bisa menjelaskannya,” kata Anwar. Sebab kami miliki bukti-bukti kuat.” 
(Sumber: tempo.co.id)